Tell Me How to Carry On


Kasih, aku tahu
Mencintai membabi buta itu menyesatkan.
Pun mencintai tanpa lebih dulu mencintai diri sendiri
Tidak pernah berakhir indah

Aku mengkawatirkanmu yang tanpaku
Kepercayaan yang kau berikan tak berlaku di saat malangmu
Asumsiku menjadi liar tak terkendali
Aku takut

Aku meratapi kemalangan ini
Betapa jarak membuatku terus berpikir
Jenis hidup apa lagi yang akan mempertemukan kita
Doaku setiap hari hanya satu.
Kiranya di mata Tuhan, kau adalah orang yang kubutuhkan dalam hidupku.
Bukan sekadar yang kuinginkan.

Kalau memang kebahagiaan datang sepaket dengan luka
Biarlah tak jadi masalah
Asal kedukaan ini membawaku kembali lagi kepadamu
Kau pasti tahu rasanya berharap, bukan?


Bandarlampung,
30.9.2016

Pulang


Aku pulang ke rumah
Dimana Ibu tak lagi lihai memasak
Ayah tak lagi sanggup perbaiki loteng
Adik tak lagi suka mewarnai
Dan aku tak lagi suka main layang-layang

Aku pulang ke rumah
Yang tiap sudutnya melukiskan harapan
Meski suka sekali timbul tenggelam, seperti bercanda

Aku pulang.
Dimana kutepiskan rindu-rindu yang layu
Kulabuhkan pada palung tersemu
Mungkin nanti saling mencari, menunggu,
atau tak sengaja bertemu di satu titik lagi



Kemiling,
23.9.2016

#30haribersyukur






Berawal dari rutinitas malam menulis The Gratitude Journal yang akhir-akhir ini membosankan, akhirnya punya ide iseng untuk cari media lain. Yak! Instagram. Akhirnya, mulai ngajak korban berikutnya untuk berkomitmen menjalankan keisengan ini. Saya dan Firdha Azalia suka sekali diskusi perihal kurang bersyukurnya kita, jadi dewasa kok gini amat, hidup kok kaya gini-gini aja, mengeluh ini itu, sampai kita sering mengabaikan hal-hal kecil yang sebenarnya bisa membuat kita menghargai hari-hari yang kita lewati. Akhirnya, perjalanan ke Nu Arte menghasilkan kesepakatan untuk menjalankan keisengan ini. Nah, mungkin teman-teman lain bisa juga ikutan "menempa diri" dengan cara ini. 

....
Caranya:
Selama 30 hari ke depan mulai hari ini,
Cukup post foto tentang apapun di Instagram yang bikin kamu bersyukur atas satu hal setiap harinya, bisa tentang makanan enak, film epic, orang yang menginspirasi, buku yang lagi dibaca, kegiatan yang bikin happy, belajar sudut pandang baru, musik yang lagi suka didengerin dll. Anything!!!
Upload fotonya lalu buat caption menarik kenapa kamu bersyukur atas foto itu, tag Saya @anastasyalb dan @fiiiiiiir lalu jangan lupa kasih hashtag #30haribersyukur
Let's start to being a grateful person, fellas!

Ruang Petak Tak Berisi

*
Halo, Bung?
Apa kabar surga? Terbuktikah lebih indah dari segala yang pernah Kau impikan?
Kau masuk surga kan, jangan bilang tidak!
...
Jangan pertanyakan soal keberanian, Bung
Yang dulu Kau takutkan, justru semakin mengerikan
Negri ini masih begini-begini saja
Makin banyak ahli agama, ahli hukum, ahli dosa, dan ahli-ahli lain yang membuatmu muak melihatnya.
Mereka teriak perihal kebenaran namun hanya untuk golongannya saja
Yang kecil makin kecil
Yang kaya makin kaya
Yang tertindas makin tertindas
Yang seenaknya makin tak tahu diri
...
Sore ini, Bung..
Keriuhan ini terasa sunyi, sepi sekali rasanya
Bagaimana bisa aku menyerah pada kemunafikan?
Tahun-tahun masih menungguku, demi meraih mimpi yang tak akan pernah bisa kubeli.
...
Apa rasanya, Bung?
Melakukan banyak hal demi orang lain, tapi sebelum mati kau cemas tak dianggap atas apa yang kau lakukan.
Kau melakukannya untuk siapa?
Dirimu saja, atau mereka?
...
Bercerita sore di makam terasa lebih riuh dibanding berteriak di tengah keramaian
Sunyi ini, sendiri ini, di ruang petak ini
Kiranya impianmu pun tak akan habis dimakan zaman
Surga masih akan selalu mengizinkanmu berandai-andai.
...
Selamat berangan-angan, Bung!

***




Museum Taman Prasasti, Jakarta
17.9.2016

Sajak-sajak Patahku

Banyak manusia yang jatuh cinta saat mereka bersenang-senang. Aku tidak. Aku jatuh cinta pada saat kedukaan lebih bersahabat dibandingkan kesukaan. Bukan, bukan berarti ini buruk. Kamu adalah hal terbaik yang pernah terjadi padaku.

Banyak manusia yang jatuh cinta saat langit cerah dan sinar hangatnya memendar. Aku tidak. Bukan berarti ini buruk. Kamu adalah senja pembawa jingga terbaik yang pernah menghampiriku.

Banyak manusia yang suka sekali menyuarakan nestapa mereka. Aku tidak. Aku pandai menyimpannya dengan rapat di dalam sajak-sajak lirihku. Betapa lelah mereka terpenjara dalam hatiku yang sepi.  Hanya kamu, saksi yang mengubah kesunyian itu pecah menjadi kata-kata yang merdeka.

"Aku benci diriku, gak ada gunanya. Nangis mulu mikirin ini-itu, bodoh banget."

"Aku gak suka lihat laki-laki tamak, lebih mikirin kuantitas daripada kualitas. Kesetiaan jadi sesuatu yang disimpan, bukan dijaga."

"Aku tidak sabar mau hidup sendiri, memulai apa-apa semuanya sesuai dengan kehendakku. Aku mau bebas."

"Aku iri pada senja, dia bisa saja datang dan pergi tanpa tergantung pada siapapun. Apa yang dilakukannya menyenangkan setiap hati yang melihat jingganya. Jika tidak muncul pun karna langit mendung, dia tak pernah marah."

Padamu aku bisa mengatakan semuanya tanpa perlu takut kamu menghilang. Padamu aku bisa menceritakan hal terkecil dan terbodoh dalam hidupku tanpa perlu takut menerima tatapan aneh atau prasangka buruk. Hanya kamu yang bisa mendengarkannya dengan perasaan kagum, lalu tertawa dan berucap: "Kok bisa lah aku ketemu sama manusia kayak kamu di dunia ini. Dari sekian banyak, dari segala kemungkinan yang ada, aku ketemunya sama kamu". Lalu senyum sialan itu berhasil membuatku menjadi orang paling bahagia di muka bumi ini.

Aku tidak pernah merasa malu bila harus menangis seperti anak kecil di hadapanmu. Tidak banyak kata yang kamu ucapkan saat aku menangis, kamu hanya diam menatap iba aku yang sedang dirundung kedukaan. Usapan tanganmu dan dekap tubuhmu selalu datang dengan begitu ringan. Kamu pun tidak pernah bertanya bila aku tidak sedang ingin bercerita. Kamu tahu saat waktunya tiba, aku akan bercerita dengan sendirinya.

"Ya ini hidup. Kelelahanmu itu dapat membuatmu jadi lebih baik lagi. Semangat, kamu masih punya banyak kesempatan dalam hidupmu untuk memikirkan hal yang lebih baik lagi." ujarmu sore itu, saat aku bilang bahwa ayahku mengingkari janjinya sendiri. Bila tanpamu, hari itu duniaku nyaris hilang.

Bagiku yang tidak pernah pandai menghadapi kesedihan, kehadiranmu selalu mampu menyelamatkan.

Berjalan bersamamu selalu membuatku merasa bahwa hidupku baik-baik saja. Melihat bagaimana kamu menertawakan kemalanganmu selalu membuatku merasa bahwa hidupku tidaklah terlalu buruk untuk dijalani. Seperti waktu itu, saat hari besar datang kamu justru bukan pulang ke rumah tapi mengiyakan tawaranku untuk merayakannya bersama perempuan yang kurang tahu harus mempersiapkan apa untuk memeriahkan hari itu. Bangun saja aku telat.

Akhirnya, hanya opor ayam asin yang santannya tak disaring dengan benar, serta beberapa sumbangan dari orang lain membuat kita bisa merayakan hari itu. Dan yang terpenting adalah, aku ada bersamamu.

"Enak ini!! Boleh, boleh" sambil tertawa kita memakannya, tahukah kamu? Sedih sekali hari itu melihatmu dengan lahap memakan masakan absurd itu. Aku hanya membayangkan apabila tidak ada aku yang menemukanmu pada malam itu, entah siapakah yang mampu menemanimu di saat seperti ini. Aku bersyukur bisa menjadi orang terpilih yang mengisi kesunyian dan kemalanganmu.

Aku yang saat itu merasa seakan tak memiliki apa-apa, lalu melihatmu tersenyum berterimakasih, tiba-tiba segalanya menjadi cukup.

Serasa hanya ada kita saja saat itu di dunia fana ini, sepasang manusia yang bersyukur karena masih bisa menikmati hari itu sebagaimana layaknya, banyak mungkin pasangan lain. Tapi aku tak peduli.

Tuan,
Aku lah lautan memeluk pantaimu erat,
yang ingin menyaksikanmu bahagia
ketika senja tiba,



Bekasi,
15.9.2016

Malam-malam di Jakarta

Sudut kota selalu punya cerita bahkan untuk kota yang tadinya kuhindari. Aku tak pernah membayangkan akan mendaratkan pikiranku di sini, di kota ini. Jakarta. Tak ada cerita apa-apa di sini, barangkali cuma kisah masa kanak-kanak yang pernah berlibur jauh menyebrang dari Sumatra. Saat itu keluargaku sedang ada saja tabungan untuk berlibur ke luar kota, tidak seperti 4 tahun terakhir ini. Kami tak lagi butuh liburan ke luar kota, keharmonisan cukuplah diciptakan hanya di rumah saja.

Lalu, sampailah di sini. Kaki melangkah pertama kali dengan berbekal keraguan dan kebimbangan, tak ada rasa bahagia sama sekali. Mungkin ada sedikit, hanya sempat merasa tertantang saja menyusuri Ibukota hanya sendirian. Banyak isu kriminal di jalanan atau kecelakaan sempat berhasil membuatku takut untuk hidup di kota ini, tapi lagi-lagi aku tak punya pilihan. Aku mengikuti egoku untuk tinggal di sini daripada pulang ke rumah.

Ahh setelah berlama-lama, kesusahan itu pelan-pelan berlalu. Semesta masih memiliki keibaan.

Dan kemudian setiap hari, aku selalu menikmati malam-malamku dengan mengangankan segala hal yang bisa saja mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan. Aku bisa mendapatkanmu masih dalam dimensi ruang dan waktu yang sama. Aku percaya semesta ini selalu memberikan pertanda. Tentang kita, Ia membisikkan “belum saatnya”. Tuhan dalam kepalaku yang kupercaya seakan memaklumkan, bahwasannya ada insan yang belum menyiapkan hatinya untuk berdamai dengan akhir cerita.

Waktu bergulir tanpa rehat, kesempatan rasanya sayang untuk dilewatkan. Menemukanmu serasa menjadi ketidakmungkinan yang dihindari, namun akhirnya ingin kuamini. Bersamamu aku tak takut untuk melekat, dulu kuhindari rasa karena takut kecewa. Namun, tawa, tangis dan kebanggaan bersamamu memang menuntut harga.

Bagaimana tidak?

Aku pernah bertemu dengan si lugu yang mencintaiku dengan segala ketidaktahuannya, membuatnya enggan belajar sehingga semua tampak sia-sia untuk dijalani.

Pernah juga aku menjadi yang terlambat menerka rasa, hingga akhirnya aku lah yang menyesal telah menyiakan yang pernah baik dan tidak menghasilkan apa-apa. Dua tahun lamanya untuk siap menghadapi dunia yang baru dengan tanpa merasa disayangi seutuhnya.

Lalu ada yang mencintaiku dengan arogan, menjadi baik untuknya justru membawaku kepada kesialan. Ia merasa menguasai diriku dengan sikapnya yang Ia bilang bentuk cinta tapi buatku hanya omong kosong, manusia gila itu tidak bisa membedakan cinta dan nafsu. Cinta yang sakral menjadi murahan tanpa membawa kebaikan.

Lama trauma memulai mencari dan mengalami rasa, hidupku mulai begitu-begitu saja. Sampai akhirnya kutemukan Ia yang sejalan, sealiran, ada kesamaan, dan kalau ada rasa sayang yang bisa lebih untuk diartikan... itulah dia. Aku pernah ingin benar padanya. Sampai susah aku mengartikannya, aku menemukan masa di mana aku tahu apa artinya menyayangi bahwa cinta sesungguhnya adalah penerimaan. Sampai akhirnya aku ditinggal begitu saja, alih-alih karena berbeda sedikit saja. Ia tertawa melecehkan ketika dengan air mata kusampaikan keikhlasanku, kulepas Ia tanpa perlu didera. Dua tahun lebih kuhabiskan hanya untuk menjadi tidak bersyukur atas apa yang aku alami. Nelangsa sekali rasanya tidak diperjuangkan dan diabaikan, banyak manusia yang salah kaprah atas musibah itu. Aku dianggap egois memiliki keinginan sepihak saja tanpa memaklumi kondisinya, bahkan untuk memulihkan rasa sakit pun Ia enggan membaur. Aku memusuhi diriku saat itu, membenci sikapku yang terpuruk pada keadaan. Tiga tahun habis, aku menjadi orang yang acuh pada rasa dan sosok yang baru.

Masa sulitku datang bertubi-tubi, ada dia yang datang di masa gelap itu. Tidak banyak cahaya yang dibawanya, berusaha masuk menyelinap ke duniaku yang terang repot.
Dia yang percaya aku sepenuhnya, seutuhnya.
Yang tak banyak bicara ketika aku menangis, satu usapan di tangan sudah berbicara
Yang tahu segala hal yang kusembunyikan dari siapapun di dunia ini, Ia lihai menebaknya
Yang matanya awas menatap ke depan ketika aku menoleh ke belakang
Yang tetap tenang ketika kutinggalkan meski keadaannya membutuhkan manusia lain
Yang melontarkan pekikan membangun ketika aku terjatuh karna kegagalan
Ia membuatku berkeinginan untuk selalu menghabiskan waktu bersamanya. Selamanya kalau boleh.
Meski berbeda, jauh.

Cinta harusnya tak membelenggu, kan? Aku tidak mau menjadi orang lain dari diriku sendiri. Aku mendambakan kebebasan yang bisa kutapaki, sayap yang bisa kurentangkan tanpa batas, kaki yang bisa kulangkahkan ke manapun, menyusuri sudut-sudut tersempit dunia ini bersama seseorang yang mengakhiri penantianku. Seseorang yang mau menjadi alasan dan menerimaku pulang apabila terseok karena kelelahan.

Jangan berakhir, Kasih. Belum saatnya kita kelelahan. Kau adalah pilihan hati meski berbeda membuat kebersamaan kita tampak tak berlogika. Biarlah waktu bergulir mengalir, mari kita terus menatap, berharap, mengucap doa, dan mendekap sampai saatnya ruang memisahkan. Ketika itu, mungkin kita bisa sedikit rela.
....
Aku kehabisan kata-kata puitis, kasih. Hari ini, jika aku melakukan, mengejar, mengupayakan ini itu, itu demi kualitas diri yang lebih tinggi. Mungkin, nanti Tuhan mau memantaskan.


Malam-malam di Jakarta
Mengiringi malam-malamku juga malammu
Meretas waktu menghasilkan rindu



Jakarta,
13.09.2016

Kacau, namun Cinta

Pernahkah kau merasa bingung mengartikan rasa? Entah cinta atau sesungguhnya hanya hatimu yang takut kecewa atau membuat kecewa. Bingung karena seseorang telah melakukan begitu banyak hal yang menurutmu itu pengorbanan, sedangkan mungkin saja itu hanyalah sebuah ketulusan.

Ketulusan yang muncul karena kesadaran tak bisa bersama dan saling memiliki. Perbedaan tidak hanya melemparkanmu jauh dari padanya, tetapi juga memaksamu memendam semua rasa, membunuh semua hasrat, dan berbohong tiada henti pada dirimu sendiri. Ketika teriak hatimu tak lagi kau hiraukan, dan dirimu terbenam dalam semua logika dunia, menolak semua yang diungkapkan perasaaan, dan berpura-pura seolah kau tak memilikinya, perasaan itu justru semakin menyiksa. Seperti ketika kau hampir terbang tetapi logikamu mengurungkan niat itu hingga kakimu mendarat kembali. Seperti ketika bibirmu telah tertarik karena hatimu yang berbunga namun kemudian kau mengurungkan niatmu untuk tersenyum. Seperti ketika kau memandang punggungnya yang berjalan di depanmu dan kau dapati hatimu terpukau, namun kemudian kau menggelengkan kepalamu dan berkata tidak.

Mulut sekitar mulai meracau, seakan-akan menghakimi bahwa pertemuan sejauh ini berarti adalah sebuah kesalahan. Manusia lain mulai sok tahu dan berbicara akan kebenaran harga sebuah iman, padahal yang sama pun nyatanya belum tentu beriman. Kau mulai pusing dengan segala logika dunia semacam "iya kamu merasa menjadi lebih baik, tapi bukan dia orangnya" atau "Masih banyak di luar sana yang bisa membuatmu menjadi lebih baik lagi dari sekarang, justru berterimakasihlah kepadanya karena telah membuatmu ikhlas melepaskan untuk seseorang yang lebih baik lagi, lepaskan" atau yang lebih mengganggumu adalah; CINTA yang timbul kepada orang yang berbeda sebenarnya adalah ujian dari TUHAN untuk melihat apakah seseorang tersebut lebih memilih TUHAN nya, atau manusia? Lalu kau di ombang-ambingkan oleh ketidakikhlasan, kau tak mau semua ini hilang tanpa makna.

Sesaat kau ingin marah, bahwa mereka tidak cukup manusiawi untuk menerima perbedaan. Menghakimi kehidupan orang secara sepihak tanpa memberi kesempatan terlebih dahulu, imanmu dihargai dengan mudah dan diartikan seakan lemah menghadapi perbedaan. Kau benci dianggap sebagai manusia tak berprinsip.

Perbedaan telah membunuh kejujuran dalam hatimu, untuk sekedar mengakui bahwa hatimu bahagia berada di sampingnya, bahwa kau merasa begitu didengarkan dan dicintai, bahwa kau selalu ingin terlihat indah di depannya meskipun apabaila tidak indah pun kau tetap menjadi indah di matanya, bahwa kemungkinan besar kau telah jatuh cinta.  Kau jatuh cinta di ambang batas.

Kau sadar dirimu dan dia berbeda.

Seandainya bisa, kau mau membiarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya, mengikuti masa, mengalir saja dan membiarkan waktu menjawab semuanya. Serasa kau dan Dia lebih baik mengasingkan diri, memulai hidup baru di tempat yang baru. Tuhan yang satu, kau, dan dia yang setia cukup jadi modal. 

Tapi kau terlalu takut itu akan menyakitinya. Kau enggan menjadi manusia yang egois untuk berjalan bersama tanpa arah, padahal kau tahu yang ada pada akhirnya hanyalah jalan buntu yang akan membawa kalian kepada jalan yang berbeda.

Walau begitu, kau mencintainya.
dan hanya Kau saja yang merdeka atas itu, meskipun tak ada yang rela mau mengakuinya dan menopangmu dari belakang.  

Ya, kau mencintainya.

Satu alasan saja pun cukup saat ini.



Jakarta,
7.9.2016

Almost There!! (Diary of A Jobseeker - Part 2)

Hasil gambar untuk jobseeker tumblr
Memulai melamar kerja dengan background Peternakan membuatku punya prinsip "Aku mau bekerja di perusahaan ternama bidang Consumer Goods". Sehingga lowongan lain diluar itu (mohon maaf) sementara belum dilirik-(awalnya). Mulailah membuat daftar nama perusahaan-perusahaan tersebut dan memasukkan aplikasi pendaftaran satu per satu. Sebelum mengenakan toga, aku selalu menekankan untuk tidak idealis memandang apapun peluang di masa depan. Aku termasuk orang yang keras kepala dan perfeksionis, menjalani hidup dengan arogan, merasa bisa mencapai ini itu tanpa membaca kapasitas diri. Sifat idealis itu penting namun harus lihai dalam menempatkan prinsip, idealisme seseorang tidak bergantung pada usia, karena masih banyak saja orang yang sudah ‘matang’ namun masih mendewakan idealismenya dan salah menempatkan. Memang idealisme pribadi adalah hal baik yang menandakan bahwa kita merupakan orang yang berprinsip dan memiliki tujuan hidup yang jelas serta apa-apa yang ingin kita capai kedepannya.

Namun, apakah hal itu cukup? Tidak, karena idealisme pun harus menyesuaikan keadaan saat ini, peluang di masa kini, dan juga orang-orang sekitar. Sebenarnya aku adalah orang yang tidak punya parameter panjang dan tinggi-tinggi soal karir, karena memang aku lebih penasaran mengejar passionku dibandingkan punya karir hebat. Kalau kata salah satu teman, aku adalah tipe manusia yang lebih suka terlibat dan menjalani saja ketimbang belum menjalani tapi sudah punya mimpi yang panjang. Kebiasaan fresh graduate kebanyakan adalah:
  1. Gue mau kerja apa ya ntar abis lulus, mengisi posisi manager dong tentunya. Kan S1 mah bukan pekerja, tapi pembuat konsep. 
  2. Males ah kerja di marketing, pokoknya gue ga mau kerja yang ada targetnya kaya finance-finance gitu (sumpah ini gue dulu) 
  3. Kerja apa ya yang bisa langsung naik jabatan cepet? 
  4. Pokoknya gajinya harus diatas 5 juta lah S1 mah HAHAHAHA!! (padahal pada ga banyak yang tau juga kalau beda daerah beda standar gaji) 
  5. Gue pengennya kerja di perusahaan terkenal lah 
  6. Kerja nanti harus sesuai lah sama disiplin ilmu, biar linier karirnya *bawa bendera fakultas*. 
  7. Di Bandung aja lah kerja (sumpah ini gue juga HAHAHA ya gimana ya bandung nyaman abis) 
  8. Kaga mau ah kerja di domisili rumah, ya elah ngapain udah jauh-jauh kuliah terus balik rumah 
  9. Ehh si A gua anjurin daftar ini itu malah keterima panggilan tes mulu kok gue kaga sih, udah ah nanti gak usah kasih tau lagi kalo ada loker yang bagus-bagus! 
  10. Lamar yang keren-keren langsung ah, yakali IPK kaya gua ga bisa lolos perusahaan keren. Mustahil!
Pernah? Yup, everybody does.
Manager? Iya gak masalah sih… hanya saja kita hidup di negara yang lapangan pekerjaan memang banyak tetapi jumlah calon pekerjanya juga LEBIH BANYAK. Boleh disearching pengangguran S1 dan S2 di Indonesia itu bagaimana, sangat sedikit sekali ada cerita S1 langsung jadi manager. Mungkin kalau zaman Ayah dan Ibu kita masih begitu, masih kuliah saja sudah di tag buat kerja. Apalagi khususnya di bidang peternakan, andai saja kementan dan dirjen peternakan isinya anak pertanian sama peternakan. Terkadang yang bicara soal impor sapi saja tidak ada gelar-gelar Peternakannya. Sesungguhnya, tidak ada salahnya memiliki pemikiran seperti itu dan sangatlah wajar. Setiap fresh graduate pasti melalui masa-masa pergumulan seperti itu, hanya saja jangan sampai pemikiran-pemikiran itu mengantar ke kehidupan yang kurang menyenangkan. Belajar menjadi pribadi yang dinamis tapi bukan plin-plan, bijak membaca peluang, dan NO PAIN NO GAIN. "Learning by doing…"  merubah kerangka pikir dan pemahaman juga sifat dan pola pikir lebih baik. 

and The Journey Begin..

>1 bulan berlalu, Well, masih bulan Mei dan baru masuk bulan pertama sebagai seorang Sarjana, masih berasa-berasa baru ini pengangguran. Tidak diterima di Nestle dan Nutrifood kemaren belum apa-apa, jadi sepertinya belum menjadi masalah yang seriuslah kalau belum juga bekerja, toh perusahaan yang dilamar juga baru beberapa. Tenang dulu. Rumah menjadi pilihan maka lebih baik pulang dulu, menyediakan waktu untuk keluarga dulu karena kasihan Adik di rumah mengurusi kedua orangtua sendirian. Tentunya sambil memantau setiap info lowongan kerja via online, alih-alih membuat alasan masih belum bekerja karena fokus pada keluarga dulu. HAHAHA..

Bulan ke- 1 berlalu (Bulan Juni), sudah mulai panas kuping ini mendengar orang rumah, saudara dan tetangga yang terkesan jadi sok paling tahu sama kondisi lapangan pekerjaan. Ada juga loh yang menghakimi dan mengejek bahkan, tapi ya sudahlah. Lidah memang tidak bertulang, mau bagaimana lagi. Tabah dan sabarkan hati. Situasi rumah sudah tidak kondusif, maka memutuskan kembali lagi ke Bandung berhubung kosan juga habisnya pada akhir Juli jadi masih ada kesempatan untuk berkembang. Aku tidak tahu kalau orang lain, tapi mendekam di rumah membuat diri jadi kurang kreatif dan merasa dibatasi soal ini itu. Akhirnya cenderung menjadi pribadi yang mengalah, mengalir saja biar tidak pusing. Sekalian mengurus kelengkapan administrasi untuk daftar wisuda, ijazah serta transkrip. Sesampainya di Bandung mulai bergerak lagi datang ke beberapa jobfair dan membenahi akun di Jobstreet dan kawan-kawannya, meskipun seperti mustahil saja melamar dari portal-portal kerja seperti itu kalau belum memiliki pengalaman kerja. Kebetulan ada jobfair di UNPAD tanggal 14-15 Juni 2016.


Bulan ke- 2 (Bulan Juli), sudah lumayan perusahaan yang diikuti untuk tes terutama yang berasal dari Jobfair UNPAD yaitu MT circle K (gagal di psikotest), MT Superindo (gagal di psikotest), dan MDT Nestle (sampai HRD namun tak kunjung ditelepon lagi setelah harap-harap 2 minggu). Dan pertanyaan-pertanyaan berikut mulai hadir mengusik, kapan kerja? Udah diterima kerja dimana? Oh belom, emang ngelamar kerja dimana aja? Tarik nafaaaaaaaaaaaaas, sabar. Tenang, masih ada yang lebih menyakitkan…Loh, kok belom kerja, si Anu di perusahaan ini lo, si Itu diterima di sana! Masa kamu yang begini begitu X, Y, Z belom juga kerja – pengen pura-pura kesurupan aja. Sedihnya adalah.. orangtua pun ikut-ikutan menghakimi dengan cara yang sama. Tapi, terimakasih untuk orang-orang seperti ini yang memberi pertanyaan dan hobi sekali melakukan riset perbandingan-pebandingan telah lahir di dunia ini, setidaknya membuat dada aku lapang eh lapang dada dan begitu tahu artinya sabar.

Bulan ke- 3 (Bulan Agustus)
  • Minggu- 1, AKU MAU WISUDA. Satu minggu sebelum wisuda aku menangis tiap malam, mengkawatirkan ini itu. Terlalu takut rasanya meninggalkan Bandung secepat itu, belum siap numpang tinggal di tempat saudara lagi. Tapi apa daya, orangtuaku belum mampu untuk mendukung secara materi lagi. Maka momen yang seharusnya dinikmati dengan bahagia, ada yang mengganjal di dalam hati. Tawa waktu itu kurang lepas, tidak seperti biasanya. Aku kurang menikmati momen wisuda itu, karena aku yakin kehidupan setelah ini pasti harus cepat-cepat dipahami padahal aku enggan masuk di dalamnya. Aku berjanji sebagai penebusan atas euphoria wisuda yang kurang aku rayakan, akan aku buat sebuah tulisan nanti. Bagaimanapun wisuda menjadi tolak ukur juga untuk siap ke gerbang yang sesungguhnya. Di minggu pertama tepat H-1 wisuda aku meruntuhkan ego dan mengurungkan niat untuk bertahan melamar hanya ke perusahaan consumer goods saja, akhirnya aku mendaftar Medion dan mengikuti tes psikotestnya. Hasilnya? Tunggu 2 minggu lagi dari tanggal 2 Agustus 2016. H+1 wisuda lagi-lagi aku meruntuhkan prinsip untuk tidak melamar di bank maupun Finance, aku melamar ke sebuah perusahaan Finance di Bandung dan mengikuti tes psikotestnya. Hasilnya? Aku pergi setelah melihat namaku tidak tertulis di pengumuman yang mereka keluarkan satu jam setelah tes psikotest berlangsung. Sebenarnya test nya sama saja dengan yang sudah-sudah, namun ketika sebelum test berlangsung mereka sempat menjelaskan mengenai keterikatan kontrak serta pinalti yang harus dibayar apabila keluar dari kontrak. Cukup menyeramkan, seperti dikotakkan kreatifitas yang aku punya sehingga pada akhirnya aku pulang dengan perasaan yang biasa-biasa saja.
  • Minggu ke-2, Aku sudah di Bekasi. Tiga hari pertama aku sangat amat berusaha menyesuaikan diri, baik panasnya, nyamuknya, orang rumah saudara dan masih banyak hal lain lagi yang membuat aku ingin pulang ke Lampung saja. Aku mulai merasa harus menghilang dari media sosial, menjarangkan aktif di grup-grup segala jenis pertemanan, dan lebih aktif melihat lowongan kerja saja. Am I desperate? YES I AM. Sangkin putus asanya waktu itu, aku akhirnya menghubungi Bunga teman SMA untuk bertanya adakah lowongan pekerjaan di sana dan ternyata ada!! Aku dianjurkan menjadi Purchasing di perusahaan Importir Teh dari Taiwan di daerah Kuningan, Jakarta Selatan.
  • Minggu ke- 3, Senang sekali akhirnya dipanggil interview oleh mereka, benar-benar moodbooster sekali buat waktu itu, ditambah saat mau masuk mulai interview..aku ditelpon oleh medion untuk datang interview tahap user ke Bandung. Mau meledak saja rasanya hari itu, aku selesai interview dan pulang dengan senang hati. Tasya ke Bandung lagi!!!!!!!
  • Minggu ke- 4, Tanggal 21 Agustus 2016 aku sudah di Bandung. Senang sekali rasanya bisa ke Bandung lagi, memang bisikan Bandung kuat sekali ingin memelukku. Betapa aku mensyukuri apapun yang aku lihat dan rasakan saat itu di Bandung. Bahkan kau boleh tertawa, saat mandi pertama memakai air di Bandung, Aku merinding kedinginan!!! Bekasi mau sedingin apapun cuacanya, tetap saja airnya tidak segar. Tanggal 22 Agustus 2016 ketika bersiap untuk berangkat ke Medion, ada nomer tak dikenal menelepon aku lagi setelah sebelumnya menelepon juga namun aku sedang di kamar mandi dan tak sempat diangkat. Kau tahu itu telpon dari siapa??? HRD NESTLE TELPON LAGI!!!!! Beliau mengatakan bahwa aku diundang untuk interview user yaitu wawancara bersama Ibu Helen Herlianty, di mana Beliau adalah National Field Operation Manager Nestle Indonesia. Aku teriak-teriak masih tidak habis pikir, bagaimana bisa satu bulan lebih aku ditelepon lagi padahal waktu itu mereka bilang kalau dalam dua minggu tidak ada kabar berarti “mohon maaf Anda belum dapat bergabung bersama kami”. Tapi hari itu, keajaiban terjadi. Aku berangkat dengan gembira sekali menuju Medion, sambil memikirkan jadwal aku berlatih, merapikan rambut dan merawat diri sebaik mungkin untuk persiapan hari Senin nanti. Satu minggu lamanya aku di Bandung, menikmati hari-hari di sana bersama teman-teman di sana. Setiap malam jalan keluar, makan di luar..entahlah dua minggu di Bekasi serasa dua bulan lamanya. Aku sempat juga tes PT. Paragon Technology & Innovation hasil dari Jobfair Polban, dan mengikuti jobfair di SBM. Nanti aku juga akan berikan tips mengikuti jobfair yang baik! Tunggu saja.
  • Minggu ke- 5, hari yang ditunggu datang. Tanggal 29 Agustus 2016 pagi aku sudah bersiap dan berlatih lagi dan lagi, baik itu sikap, cara menjawab yang baik, senyum yang ramah, dan juga kualitas menjawab yang berbobot. HRD Nestle pun baik sekali memberikan tips kepada aku bagaimana wawancara yang baik, aku mensyukuri sekali hari itu terjadi. Aku berangkat menujur Stasiun Jatinegara untuk menuju Stasiun Manggarai, dan mulailah ada masalah. Kereta menuju Stasiun Manggarai terhenti di Cakung karena ada masalah dan harus diperbaiki, 1,5 jam aku cemas dan mulai gelisah menunggu. Waktu sudah menunjukkan 13.12 tidak banyak lagi waktu menuju pukul 15.00, Setidaknya jam 14.00 aku harus sudah sampai di kantor Nestle. Ternyata, ada seseorang Ibu yang memperhatikanku yang sedang gelisah. Beliau bertanya aku hendak kemana, kebutuhan apa memakai baju rapi seperti mau kerja, dan juga asal darimana. Ketika kujawab ingin Interview di Nestle, Ibu itu lantas langsung mendoakanku dengan memegang tanganku. Selesai mendoakanku, Ia melihat telapak tanganku lalu berkata: “Tenang Nak, kamu sudah terpilih olehNya sejak Dia mati mengorbankan diriNya. Sudah rejekimu itu nanti, tidak usah kawatir. Kuat!” Lalu Ia menangis. Aku kaget bukan main, seharusnya aku yang menangis karna sikapnya yang begitu tulus mau mendoakanku. Ternyata, Beliau pun sedang tidak baik-baik. Ia sedang mengalami masalah soal pensiunnya, maka sudah dua bulan Ia luntang lantung di Ibukota ini hanya untuk mengurusi biaya pensiunnya. Kau tahu Ia darimana? Ambon! Lantas dengan cepat aku mengutuk birokrasi Pemerintah yang tega membiarkan Ibu tua seperti ini jauh-jauh datang hanya untuk sesuatu yang mungkin bisa saja diupayakan diurus dari sana. Aku menguatkannya, mengusap bahunya dan ingin rasanya memeluknya saat itu. Aku berterimakasih atas sikapnya itu, dan melemparkan senyum paling tulus yang bisa aku berikan. Aku tak punya apa-apa saat itu, cuma itu yang dapat aku berikan. Tak lama kereta kami datang, dan ternyata kami masih bersama sampai di Manggarai yang hanya satu stasiun saja dari Jatinegara. Aku terus berjalan di sampingnya, memang kami pisah kereta namun cepat sekali Ibu itu hilang padahal aku jalan pelan sekali memperhatikan untuk menjaganya dari belakang. Aku berbisik mengucap perpisahan dan memohon Tuhan untuk menyertai langkahnya, lalu aku naik kereta menuju Stasiun Tanjung Barat. Sesampainya di Nestle aku melihat lambangnya dan mengucap pelan di belakang Mas Gojek “This is gonna be my head office”, kantornya megah sekali untuk masuk saja harus memiliki kartu untuk. Sudah pukul 14.00 WIB, aku berusaha menenangkan diriku dan hingga akhirnya namaku dipanggil. Interview berlangsung selama 25 menit, aku bisa menjawab dengan baik dan sudah merasa memberikan semua yang bisa aku upayakan. Perjalanan pulang lega sekali rasanya, malam itu menjadi malam pertama aku bisa bersyukur menikmati kota Jakarta.
    Keesokan harinya aku nothing to lose saja, tidak terlalu kawatir sekali apabila tidak ditelepon pihak Nestle lagi namun yaaa sisi manusiawiku berbisik: lelah juga membayangkan apabila aku harus test atau ke jobfair lagi. Namun, apapun itu bentuk kekawatiranku:
     "KehendakNya lah yang terjadi, bukan kehendakku. Terjadilah padaku menurut perkataanMu".

    Aku mengisi hari dengan berenang, memasak makanan, nonton film bersama sepupuku supaya tidak gundah menunggu-nunggu kabar. Sampai akhirnya malam tiba, ada telpon dari HRD Nestle lagi!


    -------- Penantian sabar berbuah manis --------



    Setelah...

    Ribuan Kilobyte Quota internet dihabiskan.

    Jutaan Rupiah dikeluarkan untuk mobile kesana kemari dan biaya makan semasa pengangguran.
    Berjam-jam waktu dihabiskan untuk melakukan kegiatan tanpa pemasukan.
    Ratusan lembar kertas dihabiskan untuk membuat surat lamaran dan dokumen lainnya.
    Puluhan lembar pas photo berbagai macam ukuran dipersiapkan.
    Ribuan Kilometer ditempuh dan dilalui untuk mencari pekerjaan.
    Puluhan jenis akomodasi digunakan baik kereta api, motor, bus, busway, travel minibus, taksi, angkot, dan ojek untuk menuju tempat seleksi melamar pekerjaan.
    Puluhan liter tetes air mata duka dan bahagia dirasakan.
    Lebih dari 25 perusahaan yang berhasil dilamar dan tak kunjung menemukan jawaban pasti.

    Kau tahu apa??
    AKU DITERIMA DI MDT NESTLE BATCH 10
    untuk bulan Oktober nanti!!!
    Sungguh Kuasa Tuhan sekali, ditambah penempatannya di Lampung.
    Tuhan terampil sekali meletakkan rencana atas hidupku dan benar-benar indah pada waktunya. Aku juga bisa fokus ke orangtuaku dan membantu adikku lagi, seakan kekawatiranku selama ini untuk orang yang kusayangi dijawab sekaligus oleh Tuhan.
Mau tahu kuncinya apa? Baiklah, aku tak bersikap teroritis atau religius di sini.

Ini hanya pengalaman luar biasa yang baru kali ini aku merasa menjadi manusia yang terpilih dan diselamatkan. Jika kamu menginginkan sesuatu mengucaplah, mintalah dengan baik bukan memaksa, bilang pada Tuhan kalau itu yang terbaik tunjukkan jalan. Benar loh kawan! Tuhan menunggumu untuk meminta, selama itu kamu berusaha keras kepala untuk sesuatu yang tidak kamu coba meminta restu padaNya, kamu tidak akan mendapatkannya. Semua yang kulalui selama ini tidaklah mudah, tapi sikap act and feel like there is nothing to lose, try everything.. membuatku tetap tegar menjalani apapun hambatan dalam pencarian kerja selama ini.

Kamu masih belum dapat pekerjaan?
Kamu menganggur lebih lama daripada aku?

TENANG!!!!
Kamu bukan orang yang gagal, mungkin memang banyak di luar sana yang mendapat pekerjaan saat setelah lulus ataupun sebelum lulus. Tapi, itu mereka. Bukan kita. Rejeki sudah Tuhan yang mengatur, porsimu itu Tuhan yang tahu bukan orang lain yang komentar soal status kita. Temanmu yang lebih dulu mendapatkan pekerjaan pun pasti punya hambatan sendiri, rasa salah tempat untuk bekerja, rasa kurang puas atau ingin keluar saja. Apalah artinya status sesaat seolah kamu berbangga sudah mendapatkan kerja, namun pada akhirnya tidak kamu syukuri atau kamu nikmati. Maka sabarlah menanti sambil kamu berusaha sambil lantunkanlah doa, cuma media itu saja kamu bisa berkomunikasi intim denganNya dan harganya GRATIS, bisa di mana saja Ia pasti mendengarkanmu. Sekali lagi, Tuhan menunggumu untuk meminta. Tunjukkanlah niatmu untuk menanti sesuatu yang terbaik bagimu itu kepadaNya. Maka dengan tangan terbuka Tuhan pasti membuka jalan dan membantumu untuk sampai kesana.

Tuhan merawat semua perasaan dan keputusasaan kita: baik yang telah menyala, yang masih bara, bahkan, yang telah sirna. Karena... Tuhan hidup menggelandang di tubuh yang dibangun dari pesta pora. - Adimas Immanuel

Jadi, Bersahabatlah dengan waktu.
Tangis duka akan berganti dengan tawa bahagia.
Kisah perjuangan kamu akan menjadi sejarah yang melegenda.
Selamat menanti dan terus berjuang !


Note :
Jadi pengangguran, jangan mati gaya ya..
Isi waktu sembari menanti dengan memperbaiki kualitas diri, seperti; membaca buku, meningkatkan skill memasak, les bahasa Inggris, menulis, belajar adobe photoshop, belajar editing video, bertemu mahasiswa atau siapa saja untuk sharing saling mengisi dan kegiatan lainnya yang memberi NILAI TAMBAH bukan hanya kebanyakan tidur, makan, atau nonton film sambil makan lalu ketiduran.


Salam Semangat  Pengangguran,
- ALB -

Bekasi,
2/9/2016

Almost There!! (Diary of A Jobseeker - Part 1)

Hasil gambar untuk god tumblr 
Bila segalanya masuk akal, doa bisa kehilangan dayanya -Adimas Immanuel

Biar kupinjam pekikan Mas Adimas ini. Betapa kita memang hanya makhluk kecil yang tidak punya kemampuan untuk menafsirkan TAKDIR. Kita adalah pelakon. Hidup memang dapat saja diartikan mencari kebahagiaan, tapi jika kita hanya mencari dengan berdiam diri saja, celakalah kita ditelan waktu. Semua orang tahu: Untuk tahu air, bukan hanya duduk di pinggir saja dan berharap akan kecipratan. Aku, berhasil bergerak dari ribuan pertanyaan yang mungkin tidak semua berjodoh dengan jawaban. Setidaknya, aku cicil satu per satu. Salah satunya adalah:

Mencari pekerjaan yang baik.

Aku ingin sekali menceritakan tentang perpaduan sebuah kebetulan, usaha, doa, dan Dia.

Setelah dinyatakan lulus sidang pada tanggal 20 April 2016 yang lalu, saya SAH menjadi salah satu pengangguran Indonesia, Cerita Sarjana ada di sini. Kelegaan setelah sidang buat hanya sebentar, karena pikiranku langsung melayang, setelah ini apa? aku akan kerja di mana nanti? Sambil berputar-putar memikirkan hal itu, aku mulai mendaftar ke beberapa perusahaan. Kau harus tahu, satu hari sebelum sidang aku sempat mendatagi jobfair yang diadakan oleh IKA UNPAD. Tidak banyak pertimbangan saat itu, bahkan tidak juga membuat CV karna harganya gratis nah tidak ada salahnya coba datang saja. Untuk ukuran jobfair yang diadakan di dalam kampus, pasti orang yang datang paling hanya sedikit. Ternyata salah! Pengangguran Indonesia itu banyak, dan kata seorang teman ini belum ada apa-apanya. Alhasil, aku hanya input data ke Biofarma saat itu karena memang ada impian juga mau kerja di sana. Biofarma adalah perusahaan besar BUMN dan berlokasi di Bandung. Ya, BANDUNG!! Siapa yang tidak mau hehe. Oh ya waktu itu belum mencoba untuk lewat portal-portal seperti Jobstreet atau Jobsdb, karena sepertinya aku belum terlalu membutuhkannya.

Selain itu aku juga mendaftar program magang nutrifood dan roadshow Nestle yang kebetulan datang ke kampus pasca beberapa hari aku sidang akhir. NESTLE!! Gila! FMCG terbesar di dunia! Tidak perlu kita yang mencari, mereka yang datang untuk rekrutmen langsung. Waktu itu mereka datang untuk mengadakan seminar juga seputar membuat CV yang baik dan syarat lainnya untuk melamar pekerjaan nanti. Aku sangat excited sekali untuk mencoba waktu itu, apalagi baru hangat-hangatnya selesai sidang. Waktu itu benar-benar belum ada gambaran apapun kalau mereka langsung mengadakan rekrutmen di keesokan harinya. Sepulangnya dari seminar, aku membuat CV yang baik, mencari tahu tahap apa saja yang akan dilalui dan berlatih sebisanya, well.. the power of kepepet! Pasrah saja, melakukan sebisanya.

Keesokan harinya, sudah siap dengan baju formal dan celana bahan, belum punya sepatu pansus yang bagus, jadi ah pakai flat shoes saja. Aku dapat nomor urut 100 waktu itu. Tahapan yang aku tahu waktu itu yaitu, Tahap 1= Interview 3 minute English dan Tahap 2= FGD (Focus Group Discussion). Percaya diri sekali waktu itu, karena sudah latihan sebelumnya. Tahap 1 terlewati dengan mudah, hanya cas cis cus English sebisanya dan menjawab pertanyaan singkat saja dari Interviewer yang saat itu Ibu-ibu. Cukup bangga waktu itu, karena dari hampir 200 peserta aku bisa lolos menjadi salah satu dari hampir 80 peserta yang maju ke tahap selanjutnya. Setelah istirahat, baru lah babak FGD dimulai. Aku kelompok 4 saat itu, satu kelompok terdiri dari 6-7 orang, sempat berkenalan dan berbincang-bincang sebelum dimulai. Ahh sudahlah Tas, namanya juga coba-coba aja, kalaupun ga lolos juga gak apa toh sudah awal yang baik bisa melalui tahap 1. Tidak ada bayangan apapun saat itu soal FGD karna pasti seperti "diskusi" biasa saja. Berdasarkan yang aku lihat pada blog salah seorang MDT batch 7 yang sudah diterima pun mengatakan seperti diskusi, jadi bisa lah..

FGD dimulai, giliran kelompok 4 yang diminta untuk masuk ke dalam ruangan. Di sana sudah ada 3 orang dari pihak nestle yang siap menilai jalannya FGD. Kita diberi sebuah kasus dan mencari penyelesaian dari kasus tersebut, tidak boleh adanya voting sehingga keputusan harus benar-benar secara mufakat. Kunci dari sebuah FGD adalah berani mengambil peran untuk memimpin jalannya diskusi. Aku shock! Aku pikir semudah itu mengambil alih, saat aku baru saja mau mengeluarkan kata-kata pertama dari mulutku, sudah dua orang berdebat untuk memperebutkan posisi memimpin diskusi. Aku mengalah, aku diam saja. Diskusi berjalan selama 25 menit dan didominasi oleh seorang perempuan di dalam kelompokku. Kelompok kami terdiri dari 6 perempuan dan satu laki-laki, akibatnya yang laki-laki lah yang mendapat bagian untuk memimpin diskusi. Selama diskusi berlangsung aku sudah pesimis, kebiasaanku adalah aku sadar aku orang yang bawel/dominan tapi jika ada yang lebih dominan dari aku maka aku lebih suka memilih memperhatikan saja. Alhasil, keputusan untuk tidak banyak mengambil peran justru salah. Ya. Aku gagal ke tahap berikutnya.

Sejak gagalnya di Nestle masih optimis untuk punya kesempatan mungkin diterima di program magang Nutrifood yang pernah aku daftar dari jauh hari, namun lagi-lagi aku gagal diterima di sana. Kebanyakan hanya dari ITB dan UI saja yang mereka ambil. Well, esok paginya dihari yang baru, perasaan resah mulai merajai diri sendiri. Ternyata perjuangan baru dalam babak kehidupan yang baru pun muncul, ya walaupun aku belum diwisuda karena waktu itu tidak mengejar periode Mei dan lebih memilih wisuda bulan Agustus tetap saja aku merasa malu belum mendapatkan pekerjaan.  Aku harus bangun dari sikap santai ini, membuka mata dan segera menyadari bahwa suka tidak suka mau tidak mau harus mempersiapkan diri, mental dan berjuang kembali mengalahkan benih-benih kekhawatiran karna bayang-bayang status baru “Belum Bekerja”. Satu-satunya usaha yang bisa dilakukan untuk menghadapi kenyataan ini adalah aku harus memulai pencarian.
Hasil gambar untuk to be continued