Bila
segalanya masuk akal, doa bisa kehilangan dayanya -Adimas Immanuel
Biar kupinjam pekikan Mas Adimas ini. Betapa kita memang hanya makhluk kecil yang tidak punya kemampuan untuk menafsirkan TAKDIR. Kita adalah pelakon. Hidup memang dapat saja diartikan mencari kebahagiaan, tapi jika kita hanya mencari dengan berdiam diri saja, celakalah kita ditelan waktu. Semua orang tahu: Untuk tahu air, bukan hanya duduk di pinggir saja dan berharap akan kecipratan. Aku, berhasil bergerak dari ribuan pertanyaan yang mungkin tidak semua berjodoh dengan jawaban. Setidaknya, aku cicil satu per satu. Salah satunya adalah:
Mencari pekerjaan yang baik.
Aku ingin sekali menceritakan tentang perpaduan sebuah kebetulan,
usaha, doa, dan Dia.
Setelah dinyatakan lulus sidang pada tanggal 20 April 2016 yang
lalu, saya SAH menjadi salah satu pengangguran Indonesia, Cerita Sarjana ada di sini. Kelegaan setelah
sidang buat hanya sebentar, karena pikiranku langsung melayang, setelah ini
apa? aku akan kerja di mana nanti? Sambil berputar-putar memikirkan hal itu,
aku mulai mendaftar ke beberapa perusahaan. Kau harus tahu, satu hari sebelum
sidang aku sempat mendatagi jobfair yang diadakan oleh IKA UNPAD. Tidak banyak
pertimbangan saat itu, bahkan tidak juga membuat CV karna harganya gratis nah
tidak ada salahnya coba datang saja. Untuk ukuran jobfair yang diadakan di
dalam kampus, pasti orang yang datang paling hanya sedikit. Ternyata salah!
Pengangguran Indonesia itu banyak, dan kata seorang teman ini belum ada
apa-apanya. Alhasil, aku hanya input data ke Biofarma saat itu karena memang
ada impian juga mau kerja di sana. Biofarma adalah perusahaan besar BUMN dan
berlokasi di Bandung. Ya, BANDUNG!! Siapa yang tidak mau hehe. Oh ya waktu itu
belum mencoba untuk lewat portal-portal seperti Jobstreet atau Jobsdb, karena
sepertinya aku belum terlalu membutuhkannya.
Selain itu aku juga mendaftar program magang nutrifood dan
roadshow Nestle yang kebetulan datang ke kampus pasca beberapa hari aku sidang
akhir. NESTLE!! Gila! FMCG terbesar di dunia! Tidak perlu kita yang mencari,
mereka yang datang untuk rekrutmen langsung. Waktu itu mereka datang untuk
mengadakan seminar juga seputar membuat CV yang baik dan syarat lainnya untuk
melamar pekerjaan nanti. Aku sangat excited sekali untuk
mencoba waktu itu, apalagi baru hangat-hangatnya selesai sidang. Waktu itu
benar-benar belum ada gambaran apapun kalau mereka langsung mengadakan
rekrutmen di keesokan harinya. Sepulangnya dari seminar, aku membuat CV yang
baik, mencari tahu tahap apa saja yang akan dilalui dan berlatih sebisanya,
well.. the power of kepepet! Pasrah saja, melakukan sebisanya.
Keesokan harinya, sudah siap dengan baju formal dan celana bahan,
belum punya sepatu pansus yang bagus, jadi ah pakai flat shoes saja. Aku dapat
nomor urut 100 waktu itu. Tahapan yang aku tahu waktu itu yaitu, Tahap 1=
Interview 3 minute English dan Tahap 2= FGD (Focus Group Discussion). Percaya
diri sekali waktu itu, karena sudah latihan sebelumnya. Tahap 1 terlewati
dengan mudah, hanya cas cis cus English sebisanya dan menjawab pertanyaan
singkat saja dari Interviewer yang saat itu Ibu-ibu. Cukup bangga waktu itu,
karena dari hampir 200 peserta aku bisa lolos menjadi salah satu dari hampir 80
peserta yang maju ke tahap selanjutnya. Setelah istirahat, baru lah babak FGD
dimulai. Aku kelompok 4 saat itu, satu kelompok terdiri dari 6-7 orang, sempat
berkenalan dan berbincang-bincang sebelum dimulai. Ahh sudahlah Tas, namanya
juga coba-coba aja, kalaupun ga lolos juga gak apa toh sudah awal yang baik
bisa melalui tahap 1. Tidak ada bayangan apapun saat itu soal FGD karna pasti
seperti "diskusi" biasa saja. Berdasarkan yang aku lihat pada blog
salah seorang MDT batch 7 yang sudah diterima pun mengatakan seperti diskusi,
jadi bisa lah..
FGD dimulai, giliran kelompok 4 yang diminta untuk masuk ke dalam
ruangan. Di sana sudah ada 3 orang dari pihak nestle yang siap menilai jalannya
FGD. Kita diberi sebuah kasus dan mencari penyelesaian dari kasus tersebut,
tidak boleh adanya voting sehingga keputusan harus benar-benar secara mufakat.
Kunci dari sebuah FGD adalah berani mengambil peran untuk memimpin jalannya diskusi.
Aku shock! Aku pikir semudah itu mengambil alih, saat aku baru saja mau
mengeluarkan kata-kata pertama dari mulutku, sudah dua orang berdebat untuk
memperebutkan posisi memimpin diskusi. Aku mengalah, aku diam saja. Diskusi
berjalan selama 25 menit dan didominasi oleh seorang perempuan di dalam
kelompokku. Kelompok kami terdiri dari 6 perempuan dan satu laki-laki,
akibatnya yang laki-laki lah yang mendapat bagian untuk memimpin diskusi.
Selama diskusi berlangsung aku sudah pesimis, kebiasaanku adalah aku sadar aku
orang yang bawel/dominan tapi jika ada yang lebih dominan dari aku maka aku
lebih suka memilih memperhatikan saja. Alhasil, keputusan untuk tidak banyak
mengambil peran justru salah. Ya. Aku gagal ke tahap berikutnya.
Sejak gagalnya di Nestle masih optimis untuk punya kesempatan
mungkin diterima di program magang Nutrifood yang pernah aku daftar dari jauh
hari, namun lagi-lagi aku gagal diterima di sana. Kebanyakan hanya dari ITB dan
UI saja yang mereka ambil. Well, esok paginya dihari yang baru, perasaan resah mulai merajai diri
sendiri. Ternyata perjuangan baru dalam
babak kehidupan yang baru pun muncul, ya walaupun aku belum diwisuda karena
waktu itu tidak mengejar periode Mei dan lebih memilih wisuda bulan Agustus
tetap saja aku merasa malu belum mendapatkan pekerjaan. Aku harus bangun
dari sikap santai ini, membuka mata dan segera menyadari bahwa suka tidak suka
mau tidak mau harus mempersiapkan diri, mental dan berjuang kembali mengalahkan
benih-benih kekhawatiran karna bayang-bayang status baru “Belum
Bekerja”. Satu-satunya usaha yang bisa dilakukan untuk menghadapi
kenyataan ini adalah aku harus memulai pencarian.
No comments:
Post a Comment