Sebentar

Hampir setahun sudah,
Mana ada manusia yang tidak pernah berdosa di dunia ini
Paling tidak pernah berbohong pada dirinya sendiri
Menyakiti dan berkhianat pada dirinya sendiri
Mengabaikan kebaikan untuk dirinya sendiri

Aku.

Kumpulan kata yang mengikatku tak akan pernah menjadi kalimat
Waktu yang memintanya untuk bersatu pun tak kunjung ada jawaban
Kata-kata itu berkumpul tanpa punya arti
Melebur dalam kebingungan dan kerisauan

Setiap malam, mereka terjebak dalam nadi nadirku
Tidak pernah kuberi ampun untuk mencari tuannya yang lain
Rangkaian kata yang membentuk doa-doa lirih tanpa ada tujuan harus kemana
Menyebutkan sebuah nama di dalamnya pun aku enggan

Mereka terjebak dalam deru nafasku
Mereka tersiksa dalam tangisku
Mereka kebingungan dalam tawaku
Mereka tersesat dalam aliran darah ketidakikhlasanku

Dengan kesengajaanku, doa-doa itu tidak pernah bisa keluar dari mulutku
Semua akan berujung kesia-siaan saja
Berdoa menjadi sesuatu yang tabu untuk kulakukan, aku malu pada Tuhanku
Seraya ingin memohon padahal aku tahu semuanya bukanlah milikku
Segala yang ada di bawah langit memang ada masanya
Lalu, bagaimana bisa aku si lemah dengan segala kepercayaan diriku yang setengah-setengah ini berani memohon kepada-Nya untuk sebuah rumah kembali padaku?
Siapa aku?

Memohon sebuah rumah yang lain pun aku tidak berani
Banyak perempuan seumuranku berlomba-lomba berdoa tulus untuk dipertemukan pada seseorang yang bisa menyambut mereka pulang,
atau meminta yang lama kembali dengan cara yang ajaib

Aku tidak tahu mau kemana,
Jumpa aku di sana, entah di mana yang aku maksud
Siapapun, tolong tarik aku lagi


Jakarta,
30.07.2020