Closure-1

Kusampaikan berita tentang tanya yang lama tersimpan, sampaikah di sana?
Aku menunggu jawabnya dalam hitam gelap malam, tiap malam aku memelihara harapan untuk pertanyaan atau jawaban sederhana darinya untuk sekedar singgah membasuh luka yang saling kita buat juga, aku cuma punya sedikit air yang bisa jadi milikmu juga. Sudikah?

Kesederhanaan pikiranku membawaku kepada waktu dimana aku merasa harus mengampuni diriku sendiri dengan mengamini apa yang sudah terjadi dan berhenti mengutuk diri sendiri, betapa aku ingin menyayangi diriku sendiri. Meskipun aku tak tahu jalan apa yang ada di depan terbentang untukku. Aku ingin mengembalikan semua yang telah hilang dalam hidupku, meski pun pekikan maafmu tidak termasuk di dalamnya. Aku tahu, kamu tidak punya keberanian untuk memulai atau mungkin terbiasa meninggalkan luka menganga lebar untuk berharap bisa kering dengan sendirinya.

Hidupku tidak pernah bisa tenang karena terlalu berambisi menanti kata maafmu, dan aku sangat salah. Maaf itu tidak akan pernah datang, hanyalah sebuah kesia-siaan.

Tapi..
Bisakah kita tetap memberi, walau tak suci?
Bisakah kita terus mengobati walau membiru?
Cukup besar kah kita untuk mengampuni dan mengasihi tanpa memperhitungkan masa yang lalu?
Bisakah kita tetap membasuh?

Aku percaya, setiap diri manusia terdiri dari sisi malaikat, juga sisi penjahat, sisi hebat dan juga sisi sesat. Aku kelelahan menantinya, maka aku cari sendiri. Pada akhirnya rasa bersalahku kalah besar dengan niat memperbaiki perasaanku sendiri, kucari kamu. Izinkan aku meluruskannya meski mungkin kemampuanku bergantung pada bagaimana kamu menyikapinya. Jangan salah sangka, aku tahu kita bukanlah takdir baik untuk disatukan kembali. Tapi, maukah kamu memberi ruang untuk kita yang terluka?

Then, I've got it.
No, it wasn't a sorry from you.
I've just realized that I never really came alive for myself.
I was only feeding your aliveness even on this stage,
But it's okay,
I do it for the sake of my self.
I never regret it.
Finally, I'm so sure that you didn't see me as separate from yourself.
It really hurts, but once again it's okay.
Maybe you were too late to realize it and could not give me a warning.

I'm okay, don't you worry about me.

Aku terima segalanya, Aku mau memaafkanmu, dan semua yang terjadi baik jawaban yang tak kunjung datang, maaf yang tak sampai, rasa yang keliru, perasaan menyakiti, atau pun kejatuhan dan sakit yang baru kali itu menghajarku habis-habisan.

Kegagalan dan kekurangannya, aku mau memaafkan semuanya.

Untuk,
Dia yang sangat mandiri
Dia yang bisa menjahit bajunya yang robek sendiri
Dia yang bisa masak untuk makan malamnya, bahkan menyetrika kemejanya sendiri
Dia yang menerima semua suasana hatiku dengan stabil
Dia yang tidak pernah menyerah pada suasana hatiku atau membuatku merasa bersalah
Dia yang berpakaian rapi dan tidak pernah terlihat memalukan
Dia yang sangat kompetitif
Dia yang suka semua hal yang seharusnya dibenci banyak orang
Seperti jalan kaki karna tujuannya dekat, melipat selimut setelah bangun, menumpuk piring langsung setelah makan selesai, menyebrang jalan harus pakai jembatan penyebrangan
Tapi itu bagus..
Dia yang selalu tidak tahu bagaimana cara memulai
Dia yang bisa ingat semuanya secara teratur dan teliti
Dia yang sangat jelas dengan keinginannya, tidak seperti aku yang selalu tidak bisa mengatakannya
Dia yang menghilang ke dunianya sendiri
Dia yang pindah ke Swedia tanpa rencana matang dan kini mungkin lebih Swedia daripada orang Swedia sana

Ini juga buat kamu:
Aku memang pernah mencintaimu
Aku pernah sejatuh itu
Aku pernah menulis kamu di daftar rencana
Aku suka mengucap namamu dalam doa
Aku pernah menjadikanmu cita-cita
Mengagumimu, menyukaimu, dan menyayangimu.

Ini juga masih buat kamu:
Jangan pernah merasa menyakitiku
Jangan pernah merasa mengasihaniku
Jangan pernah merasa berdosa terhadapku
Aku ada untukmu, karna memang aku yang mau
Aku bersedia menemanimu,  karna memang aku yang mau
Aku memprioritaskanmu,  karna kamu memang pantas diprioritaskan
Aku memilih tinggal, karna kamu memang tak layak untuk sendirian

Tapi aku mau melepaskanmu sekarang, seutuhnya.
Semoga beruntung dengan pergumulan dan peraduanmu sendiri.
Terimakasih atas 1.394 harinya,
Terimakasih telah membuatku merasa cukup.

Aku mau kamu sehat
Aku mau kamu tertawa
Aku mau kamu tersenyum
Aku mau kamu baik-baik saja
Aku mau kamu selalu terpenuhi
Aku mau kamu selalu diliputi bahagia
Aku mau kamu tak perlu merasakan rindu
Aku mau kamu bisa menggapai semua ingin-inginmu

The Lord gave, and the Lord has taken away; blessed be the name of the Lord(Job 1:21)


Jakarta,
17.02.2020