Day 8: Surat untuk Kamu, Senja.

...If once we had decided to forget, then we alone can decide to remember. We all started the same journey. This had been an illusion of a journey, for it didn't have a start and didn't have an end.

Hai Senja..
Lama wajahmu tak terlihat oleh dua mataku yang haus akan masa lalu ini. Ya, apalagi kalau bukan aku yang mau mengingat atau sekedar mau tahu? Itulah aku. Tidak salah bukan? Toh, banyak juga orang yang sekedar duduk manis menikmati kesendiriannya hanya untuk mengingat apa saja yang sudah Ia lakukan beberapa waktu terakhir. Bukan untuk terjerumus dan terdiam di dalamnya, tapi sudah cukupkah memberi pelajaran? Atau masih belum ada artinya? Aku menikmati semua pertanyaan ini, walaupun mungkin belum berjodoh dengan segala jawabannya.

Entah apa yang terlintas dalam pikiranku, tapi yang pasti surat ini untuk kamu seorang. Di sini lah tempat sasaran di mana aku bercerita tentang hidup yang indah ini. Mungkin surat ini bukanlah surat formal yang harus ada nama yang dituju atau tujuan dari surat itu sendiri. Anggaplah aku sedang bercerita saat ini.

Bercerita tentang kamu yang mungkin sedari tadi mereka-reka surat ini untukmu atau bukan. Tentang kamu yang pernah hadir dan sempat memberi warna senja yang indah untuk sekedar menjadi salah satu guru untuk hidupku.


Satu kata awal dan sebuah senyuman untuk mengawali kalimatku berikutnya..


TERIMAKASIH :)

Seminggu ini aku mengintai, seminggu ini aku mencari tahu, seminggu ini juga kamu tak terlihat atau terdengar kabarnya. Mungkin menurut kebanyakan orang, apapun yang terjadi di hidupmu bukanlah urusanku lagi. Memang benar, tapi kalau boleh... aku hanya ingin tahu untuk kunikmati sendiri saja, bukan juga mau merepotkanmu karena merasa dihantui oleh sikapku.

Cara yang selama ini aku punya hanya lewat dunia maya yang setidaknya masih setia memfasilitasi pergerakanku untuk mau tahu apapun tentang kamu. Tidak selamanya juga aku akan begini, mungkin sampai nanti aku letih sendiri atau sampai aku tahu bahwa kamu benar-benar sudah bahagia menurut pandanganku.

Kamu baik-baik saja kan? Sehat-sehat saja, bukan? Aku harap begitu.
Mungkin kamu sedang aktif beraktivitas, jangan sampai kamu lupa kemampuan dirimu juga ya. Seimbangkanlah semua dan teruslah bersyukur atas apa yang diberikan Sang Kuasa untuk hidup kamu yang indah.

Bolehkah aku mulai bercerita?

Pernah aku duduk di sore hari menikmati senja yang warnanya tetap sama setiap harinya. Ia menyapaku dengan keindahan ramahnya yang tak mampu aku tolak untuk dipandangi. Angin sore juga ikut menyapaku dengan lembutnya sambil membawa semua ingatanku kepada sosok laki-laki yang tak asing di pikiranku akhir-akhir ini. Siapa dia? Ya kamu. Tadinya aku melawan, namun akhirnya aku menyerah. Kunikmati semua memori-memori itu sampai aku bisa tersenyum geli sendiri karena ternyata dulu itu kita sebenarnya melawan takdir.

Melawan takdir? Kamu juga nanti paham sendiri.

Hidup memang begitu ya, kadang harus kita coba, kemudian gagal baru kita tahu sebenarnya apa arti dari semuanya. Semuanya tidak akan sia-sia, seperti pernah kamu bilang semuanya akan jadi pelajaran berharga juga buat diri kita masing-masing. Mungkin bukan sekarang efeknya, tapi pasti nanti ada.

Tahukah kamu apa yang sebenarnya aku inginkan dari kamu? Tapi kalau sebelumnya aku pernah banyak meminta, abaikan saja apa yang aku pinta ini.

Aku hanya ingin satu..

Aku ingin kembali seperti dulu, di mana aku dan kamu bisa kembali ke diri kita masing-masing saat kita bisa berinteraksi dengan baik sebagai teman atau mungkin sahabat. Entahlah aku tak tahu apa beda spesifik antara dua relasi itu, tapi salah satunya juga boleh. Aku sering mereka-reka dan penasaran kamu baik-baik saja atau tidak.

Kenapa?

Kamu tidak pernah mau berinteraksi seperti dulu lagi, jadi aku tidak tahu sebagian tentang hidup kamu yang bisa aku ketahui sebagai teman. Kita seperti saling sembunyi dibalik dinding yang kita punya, seakan kita tidak mampu membuka beberapa pintu yang kita kunci padahal kita punya kuncinya. Aku sendiri terus mencoba untuk tidak bersikap begitu.
Setidaknya tetaplah menjadi guru untuk menjadi ambil peran lain di hidupku. Supaya nanti ketika kita dewasa dan bertemu lagi setelah mengembara dunia ini, akan ada cerita menarik untuk kita bagikan bersama.

Aku harap itu tidak terlalu tinggi untuk kudapatkan.

Ingatkah kamu saat kita tertawa dengan lepasnya mentertawakan semua yang bisa kita jadikan bahan untuk bersenda gurau bersama teman-teman yang lain juga? Ingatkah kamu saat kita berbicara dan berargumen tentang kampus dulu saat jadi mahasiswa baru? dan ingatkah kamu saat kita saling bertukar cerita tentang keluarga kita masing-masing?

Aku hanya mau meneruskan itu semua..cuma itu.

Sekarang adalah kesempatan kita untuk memulai perjalanan yang sama, tidak perlu melawan takdir lagi karena sekarang kita tahu harus kemana dan berbuat apa. Tuhan pun akan setia memperhatikan dan menuntun kita agar tidak salah lagi.

Aku berani loh, sangat siap malah! Kamu??




-ALB-
#SalamPesek

2 comments:

  1. ehemm.. dua hari lagi yah kak :)
    #kode

    ReplyDelete
  2. hahahaa heitsss udah diapus, agak mainstream ya. tapi cuma mau bilang mau kepala dua itu aja :p

    ReplyDelete