The Perks Of Being Me

       Dan sampailah di bulan yang sedikit saya hindari datang lebih cepat. Di saat semua orang terlalu gembira menanti akhir tahun karena memasuki bulan terakhir, saya di sini justru terduduk dan rasanya hari ini tidak mau saya habiskan terlalu cepat. Terasa sekali bahwa tepat tanggal 1 Desember ini harus ada hal baik apapun yang bisa saya lakukan. Ini bukan soal resolusi-resolusi yang sudah dilakukan atau belum, saya terlalu rapuh dan terlambat untuk menyadari itu. Pun saya tidak sedang dalam sistem kebut semalam, hanya saja saya tertegun menikmati suasana hening antara saya dan diri saya sendiri.

       Memang berencana itu mudah apalagi ditambah imajinasi yang dapat membuatmu terbang tinggi, karena rasa-rasanya kamu menjadi diri yang lebih visioner daripada sebelumnya. Ah, tetap saja pikiran lihai berencana tapi diri enggan atau lupa melakukan semuanya. Saya tahu itu salah, saya kerap kali menjadi manusia yang penuh wacana. Maafkan soal itu. Jangan kamu bandingkan hidup saya dengan kehidupan orang lain yang mungkin lebih parah atau lebih bahagia. Saya tidak layak untuk dibandingkan karena setiap orang punya sudut pandangnya masing-masing. Tahu sama tahu lebih baik, siapa tahu tulisan saya bisa menginspirasi hari ini.

       Ini adalah soal apresiasi diri yang minim sehingga saya menjadi orang yang kurang bahagia karena menganggap hidup ini terlalu pelik. Ada saja situasi di mana saya terduduk dan penuh amarah untuk memahami keadaan. Entahlah, tahun ini begitu runyam saya sendiri pun sulit menerjemahkannya saat sedang menulis ini. Pernahkah terpikir olehmu hal-hal yang membuatmu tak pantas hidup karena lupa bagaimana caranya bersyukur? Saya sampai di titik itu tahun ini. Tenang, saya tidak putus asa, hanya saja pernah melewatinya. Salah besar kalau hidup melulu dimaknai sebagai kepedihan. Saya tahu walaupun tak sempurna hidup ini indah begini adanya, jangan disangsikan. Walaupun terkesan tahun ini saya habiskan dengan berwacana ria, tapi begitu banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari sekitar, bagaiman Tuhan menegur saya baik lewat alam maupun sesama. Semesta tahu saya butuh bimbingan ekstra tahun ini. Sedari tadi tulisan ini berakhir pada;

Mimpi tidak harus dibunuh, kadang hanya butuh dikubur beberapa saat, dan kalau waktunya pas, kita gali dan kembangkan lagi. Tidak ada yang salah kalau kita mau ambil hikmah, karna pedih itu ketika kita tidak tahu dan tidak mau berusaha tahu”.

       Maaf sudah lalai selama dan sejauh ini. Semoga belum terlambat, kiranya Tuhan akan kasih banyak kesempatan lagi! Saya berbuat dosa terus pun, Tuhan masih menyayangi dan memberikan saya kesempatan dengan nikmatnya nafas kehidupan yang Ia berikan, apalagi kalau saya berusaha menjadi lebih baik lagi. Walaupun dari kacamata saya, ini semua seperti sudah terlambat. Tapi buat Tuhan, masih banyak jalan yang Ia siapkan buat saya menapak bersama dengan-Nya.

       Terimakasih buat semua orang yang masih ada untuk saya, meskipun saya lambat dan kurang cermat menjalani hidup ini, kalian masih jelas berdiri di sana menanti saya yang sesekali berbalik dan memberikan bahu untuk bersandar menikmati semua air mata dan keluhan yang keluar baik tanpa sadar maupun sadar. Terimakasih menerima saya sebagaimana adanya saya. Saya menyayangi kalian dengan amat terlalu!

I hope this will be a December to be remember!
(btw, I was said this one before, one year ago probably haha)

Jatinangor,
1.12.2015
Kamar. Hujan. Payung Teduh

No comments:

Post a Comment