Dear Moonlight. Why?


Tanggal Delapan, Bulan Sebelas..

         Mengawali bulan ke-11 ini bukan lah hal istimewa. Bukan juga punya target. Sama, seperti bulan-bulan sebelumnya. Tak pernah ada ingatan atau momen istimewa terlintas untuk dikenang.

         Kemarin, malam mengajakku menengadah pasrah ke atas. Bulan menyapaku dengan sinarnya yang membuatku tak perlu berkata-kata, sudah pasti aku akan terenyuh dan terpaku menatapnya. Aku jatuh cinta pada sosoknya. Tanpa perlu ditemani banyak sinar bintang, Ia percaya diri untuk memuaskan setiap mata yang mau memandang ke atas.

        Maaf..


Aku terbuai di dalamnya. Entahlah, kuaanggap ini sebuah isyarat.

Bolehkah aku sampaikan?
Bolehkah aku meminta sedikit saja?

Tanpa perlu mengingat sekarang kita siapa,
Tanpa perlu kembali pada apa yang telah terjadi,
Tanpa perlu mengingat kata-kata menyakitkan yang pernah kita saling ucapkan atau janji yang tak tergenapi.
Tanpa perlu mengingat malam-malam yang lalu,
Walaupun semua itu dapat mudah saja diingat tanpa bantuan sinar bulan malam ini. Semoga hanya malam ini aku meminta..

Aku tak mengajakmu kembali, namun izinkan aku mengajakmu untuk sebentar saja mengabaikan kenyataan.
Aku tak bisa lindungi hati, bantulah aku semampumu..
Rasakan isyaratku yang dapat kamu rasa tanpa perlu kamu sentuh dan kamu cari tahu. 

Isyarat sehalus udara, angin, dan sinar bulan.

Aku merindukanmu.

Sungguh..

Aku merindukanmu malam ini.

Bukan karna Bulan saja. Ia hanya membantuku untuk jujur meluapkan rasa yang sebenarnya sudah lama ku abaikan. Bulan tahu aku munafik, Ia tahu aku butuh tapi yang ku lakukan cuma diam. Aku sibuk menutupi, berpura-pura bahwa aku baik-baik saja mengatasi rasa ini sendiri. Aku salah, bahkan Bulan pun ikut turun tangan pada manusia yang selalu urung angan.

Aku tetap merindukanmu.
Terlintas di kepalaku saat kamu menyanyikan lagu itu. Suaramu jelas terngiang di telinga kiriku, serasa hadirmu melantunkan langsung di sebelahku dan aku tertegun menatap bulan sambil bertanya dengan bodohnya..
Apakah Bulan butuh alasan yang sentimental juga supaya Ia bisa muncul seutuhnya tanpa perlu menyimpan hasratnya yang selalu ingin muncul utuh di setiap malam?
Karna dengan muncul utuh Ia lebih ditatap, lebih dipuja, dan terlihat lebih indah. 
Semua orang tahu itu.

Entahlah, yang kutahu hanya aku sangat merindukanmu tepat malam ini.
Itulah saja caraku menghayatimu.
Untungnya Bulan ada membuatku jujur dan bersahabat pada kenyataan.
Tak ada air mata malam ini, senyumku merekah..

Semoga cukup di malam ini saja, semoga malam berikutnya Bulan tahu aku tak berani berbohong lagi.





-ALB-

No comments:

Post a Comment