Belajar Menghela Nafas di Jakarta

Ada seorang perempuan yang semasa kuliahnya gentar berteriak "Gak akan pernah aku tinggal di Jakarta, apalagi kerja di sana." Well, she deserve it. Me, in Jakarta now.

J A K A R T A

Setelah 6 bulan bekerja di bendera perusahaan besar ternyata serta merta tidak membuat saya bahagia seutuhnya, betapa bekerja pun merupakan sebuah perjalanan pencarian jati diri dan saya rasa sudah saatnya saya berpindah. Saya tidak menemukan apapun di sana, kamu boleh bilang 6 bulan adalah waktu yang terlalu dini untuk keluar mencari pekerjaan yang lain lagi. Namun sudah cukup saya memakai 6 bulan saya untuk akhirnya menyadari sesuatu yang dijalani setengah hati lebih baik tidak perlu dijalani lagi sebelum akhirnya banyak waktu lagi yang hilang untuk menjalani dunia yang kita tidak senangi. Namun terlepas dari itu, saya merasa sangat bersyukur bisa belajar dan berkarya di sana, banyak sekali pelajaran hidup yang bisa saya ambil dan saya pakai di masa depan kelak. Teruntuk perusahaan yang sudi menerima, mendidik, melepas, serta mengabulkan permohonan resign saya, saya ucapkan terimakasih banyak.

Pelajaran berharga dari proses ini adalah, ketika kita fresh graduate memang sedang proses yang sangat menggebu-gebu untuk mendapatkan pekerjaan. Selain untuk alasan bertahan hidup, rasa-rasanya memang layak lah setiap fresh graduate mendapatkan pekerjaan karena kuliah sudah bayar mahal-mahal, kuliah susah-susah dengan segala tugas dan tanggungjawabnya, belum lagi citra sebagai mahasiswa tidak mau jadi pengangguran atau beban negara. Namun, ternyata memang tidak semudah itu. Sialnya kita tinggal di negara dimana setiap tahunnya semua universitas banyak menampung jumlah lulusan baru yang pada akhirnya lowongan pekerjaan tidak sebanyak itu.
Fresh graduate pun masih mencari-cari identitasnya dalam bekerja, tergantung prioritasnya apa dulu;

  1. Mau salary besar?
    Jawaban: Lamar lah pekerjaan di perusahaan superior seperti rokok, atau industri luar persetan dengan perusahaan tersebut bergerak di bidang apa.
  2. Mau mencari jenjang karir yang baik?
    Jawaban: Lamarlah perusahaan retail, FMCG, manufaktur, properti, dll.
  3. Pekerjaan dan hidup yang seimbang? Lamarlah ecommerce, bank, dll.

Mau ketiga-tiganya? JANGAN HARAP. Kalau mau ketiga-tiganya diraih dengan baik, berwirausahalah. Jadi enterpreneur.


Tapi saya gak sejago itu tahu bagaimana cara menjadi enterpreneur, saya juga lagi cari-cari cara bagaimana caranya menjadi bos sekecil apapun usaha yang saya punya, memberi pekerjaan orang lain, mengatur jadwal bekerja dengan baik, membuat suasana perusahaan kecil saya menjadi asyik dengan menjadi owner yang ramah kepada seluruh karyawannya. Mungkin ini lah yang dirasakan oleh Kolonel Harland Sanders, Larry Page, Garret Camp, Achmad Zaky. Mungkin nanti akan ada tulisan "bagaimana menjadi enterpreneur" ditunggu saja :p

Bukan berarti pekerjaan sebelumnya tidak baik, pekerjaan sebelumnya sangat baik tapi saya seperti terjebak di dalam ambisi yang membutuhkan orang-orang yang menggilai materi. Rasa bosan membuat saya mencari peran, bahwa tempat saya bukan di sana, mungkin kamu yang cocok di sana, mungkin Si itu, Si ini, siapapun. Cuma si itu dan ini belum berjodoh saja menemukannya atau belum menemukan keberanian untuk melamar di sana. Beda dengan saya, sudah terjun namun tidak pas. Banyak yang bilang saya manusia yang tidak bersyukur, menepis rezeki, dll.


Hmm.... whatever, is not easy to run somebody's life, right?


So, here I am in Jakarta.
Saya kerja di salah satu e-commerce di Jakarta, memang keadaan saya sedang mencari pekerjaan dan hidup yang seimbang. Beruntungnya tidak lama dari tanggal resign saya sudah mendapatkan pekerjaan lagi, memang dari dulu impian saya bisa kerja di e-commerce lingkungan anak muda kreatif yang menumbuhkan semangat hal baru setiap harinya, karna lebih baik rasanya bangun dari tempat tidur tanpa tahu apa yang mau dilakukan hari itu daripada bangun dengan sudah tahu apa yang mau dilakukan. Dan satu lagi.. TIDAK MEMBAWA PULANG PEKERJAAN KE RUMAH hahaha. 

Kalau orang tanya wah gajinya lebih kecil dong? Kan gedean yang dulu, haha sekali lagi prioritasmu apa? Kalo kamu cari pekerjaan gaji besar, resikonya pun besar, pekerjaan dan hidup jadi tidak seimbang pula kan? Paling maksimal kamu hanya bisa memilih dua dari ketiga pilihan itu. Lagipula selama bekerja berpatok kepada uang saja maka kepuasan tidak akan pernah terpenuhi, kebutuhan tidak akan pernah habis, uang rasanya akan panas saja, mau lagi dan lagi. Bahkan tidak sabar menunggu tanggal 24 di setiap bulannya, pekerjaan jadi sesuatu yang sulit disyukuri tapi justru dianggap beban.

Semoga, dibalik suasana Jakarta yang panas, macet, tempramen, gojek yang moodnya tak menentu, atau KRL yang berdesakan dengan ibu-ibu pns bau ketiak bisa membuat saya merasa beryukur bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan untuk mencari jati diri saya, sampai pada akhirnya saya akan merdeka dan dengan bangga mengatakan "saya pernah berjuang mencari, menemukan dan menjadi diri saya seutuhnya". Ada dua sisi yang bisa kamu petik dari kota besar ini mau menjadi manusia serakah atau manusia yang bersyukur, saya belajar untuk tidak menghitung apapun yang saya lakukan dan saya dapat di sini, rezeki sudah ada yang membagi, impian sudah Tuhan simpan, tinggal usaha dan terus meminta dengan tulus, Ia ada.



Mari kita pergi menjual khawatir, barangkali menukarnya dengan riuhnya guguran daun yang dihembus angin. Ayo kita gadaikan kecemasan hingga habis dan tidak membiarkannya kembali. Berlarian dan memerdekakan diri. Menculik kebebasan dan merebutnya.
Hingga tarian kita bersatu dengan semesta. 
Hingga jingganya senja memendar di hati kita.
Selamat berjuang, pencari jati diri!
Sulit menjadi orang lain, jadi temukanlah dirimu sendiri.


Salam sayang,



Anastasia Laurensia Barutu


Jakarta,
2.5.2017

No comments:

Post a Comment