J I N G G A

Terduduk aku malam ini, dingin pun tak mau menepi untuk sekedar menunggu aku tersadar demi mengambil apapun yang bisa membuatku merasa hangat.

Kau?

Badan besarmu tak ada di sini, bahkan cahaya jinggamu pun tak sampai terpancar kemari. Berkenankah kamu jika kuraih? Gelap di sini. Aku terbujur kaku penuh kebingungan. Aku tersesat mencari jinggamu itu. Bolehkah si malam ini maju? atau kembali lagi diam di tempat?

Senja..

Bolehkah aku menjemputmu? Kita kembali lagi ke cahaya yang satu, cahaya surga. Tak perlu lagi mencari, tak perlu lagi membuat jalannya karna kita punya jejaknya. Jalan itu pernah kita lalui namun tak sampai. Masih kuingat caramu menggenggamku yang tak pernah menggiring, kita jalan seiring.

Bolehkah kugenggam tanganmu lagi? Jinggamu ada namun tak terarah. Lelahmu itu lelahku juga, senja. Jika kau letih, tak perlu semuanya kau susun dan kau ingat kembali. Kali ini bukan Tuhan sutradara atas otakmu, Ia berikan hak mutlak kepadamu untuk memilah mana yang mau kau ingat dan mana yang tak kau ijinkan masuk ke dalam pikiranmu.

Aku kah salah satunya? Hal baik kah aku?
Kuhibur hatiku sendiri sambil menunggu. Aku rasa keajaiban itu sudi untuk menunggu hingga waktu berpihak kepadaku. Jika kita bertemu lagi di jalan yang satu, dimana aku masih menunggu, kesedihan pun seperti tahu diri untuk menunggu aku. Aku pasti akan jatuh cinta kepadamu lagi.
Literally trying everything possible to try to save what we have. If we were meant to be together, we would be together. I was just thinking about the first time we lay in bed, you turn a classic song "El reloj - El Dia Que Me Quieras - La paloma".
We stared at each other. You didn't say anything for a few seconds and you just short of exhaled your breath...
"I love you".
It was the first time you had said it and I didn't even wanna respond. I just wanted to keep hearing it. That was two weeks after we met, It only took you two weeks to fall in love with me before. Did you truly?


ALB

No comments:

Post a Comment